Landasan dan Asas-Asas Pendidikan
serta Penerapannya
Pendidikan sebagai
usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan
serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan
manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut
adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang
peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah
dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Setelah memprlajari
BAB III ini, anda diharapkan dapat :
1. Memahmi berbagai landasan pendidikan, utamanya landasan filosofis, landasan
sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis, serta landasan ilmiah dan
teknoligi, baik pada pendidikan pada umumnya maupun khusus untuk Indonesia.
2. Memahami makna serta cara-cara penerapan berbagai asas pendidikan, utamanya
asas Tut Wuri Handayani, asas bekajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian
dalam belajar.
3. Memiliki wawasan kependidikan dengan perspektif yang luas tentang
pendidikan, baik dari segi konseptual dan ataupun dari segi operasional.
Bab III ini akan
memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa
hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut
adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi.
Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar
sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
A.LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan
adalah sesutau yang universal dan berlangsng terus tak terputus dari generasi
ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui
pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar
sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun
pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai
dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut.
1.
Landasan Filososfis
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pkok seperti: apakah
pendidikan itu, Mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi
tujuannya, dan sebagainya. Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan
manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu:
·
Religi dan etika yang
bertumpu pada keyakian.
·
Ilmu pengetahuan yang
mengendalakan penalaran.
Penggunaan istilah filsafat dapat
dalam dua pendekatan, yakni:
·
Filsafat sebagai
kelanjutan dari berfikir ilmiah.
·
Filsafat sebagai
kajian khusus yang formal.
a.
Pengertian Landasan
Filosofis
Terdapat
kaitan erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan
citra itu.
Kajian-kajian
yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat ( logika, epistemologi, etika, dan
estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan,
karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada
umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang
pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
·
Keberadaan dan
kedudukan manusia sebgai makhluk di dunia ini.
·
Masyarkat dn
kebudayaan.
·
Ketrbatasan manusia
sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantangan.
·
Perlunya landasan
pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.
Landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat pendidikan antara
lain:
·
Idealisme,
·
Realisme,
·
Perenialisme,
·
Esensialisme,
·
Pragmatisme dan
Progresivisme dan
·
Ekstensialisme
Salah seorang tokoh
pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara
eksperimental melalui lima tahap:
·
Situasi tak tentu (
indeterminate situation ).
·
Diagnosis.
·
Hipotesisi.
·
Pengujian hipotesisi.
·
Evaluasi.
Progresivisme
menentang pendidikan tradisional serta mengembangkan teori pendidikan dengan prinsip-prinsip
antara lain:
a.
anak harus bebas agar
dapat berkembang wajar.
b.
Menumbuhkan minat
melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
c.
Guru harus menjadi
peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
d.
Harus ada kerja sama
sekolah dan rumah.
e.
Sekolah progresif
harus meripakan suatu laboratorium untuk melakukan eksperimentasi.
Selanjutnya
perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar
pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab
filsafat pendidikan itu adalah:
1. Esensialisme
Esensialisme
adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial. Menurut mazhab esensialisme, yang termasuk the
liberal arts, yaitu:
a.
Penguasaan bahasa
termasuk retorika
b.
Gramatika
c.
Filsafat
d.
Ilmu kealaman
e.
Matematika
f.
Sejarah
g.
Seni keindahan (fine
arts)
2. Perenialisme
Perensialisme
adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni
kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal. Perbedaannya dengan
esensialisme adalah:
a.
pengetahuan yang benar
(truth)
b.
keindahan (beauty)
c.
kecintaan kepada
kebaikan (goodness)
3. Pragmatisme
dan Progresifme
Prakmatisme
adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan
praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
Dengan belajar anak
bertumbuh dan berkembang secara utuh. Karena itu, sekolah tidak mengajar anak, melainkan melaksanakan penndidikan.
Pendidikan adalah dapat sepanjang hayat. Pendidikan bukan persiaoan untuk
hidup. Orang dapat belajar dari hidupnya, bahkan kehidupan itu adalah
pendidikan bagi setiap orang.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.
Oleh karena itu,
sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan yang demokratis.
Keunikan mazhab ini adalah teorinya mengenai peranan guru, yakni sebagai
pemimpin dalam metode proyek yang memberi peranan kepada murid cukup besar
dalam proses pendidikan. Namun sebagai pemimpin penelitian, guru dituntut
supaya menguasai sejumlah pengetahuan dan ilmu esensial demi keterarahan
pertumbuhan muridnya.
b. Pancasila
sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI
No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
Petunjuk pengamalan
pancasila tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai pancasila
yaitu:
1.
4 butir di Ketuhanan
Yang Maha Esa
2.
8 butir di Kemanusiaan
yang adil dan beradab
3.
5 butir di Persatuan
Indonesia
4.
7 butir di Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5.
12 butir di Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2.
Landasan Sosiolagis
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk
hidup lainnya, yaitu hewan. Hidup berkelompok memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a.
ada pembagian kerja
yang tetap pada anggota
b.
ada ketergantungan
antara anggota
c.
ada kerja sama antara anggota
d.
ada komunikasi antara anggota
e.
Ada diskriminasi
antarindivudu yang hidup dalam suatu kelompok dengan individu yang hidup dalam
kelompok lain
a. Pengertian
Landasan Sosiologis
Dasar
sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan
sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. hubunan
kemanusiaan.
3. Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah
dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya.
Keempat bidang yang
dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk memahami sistem
pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat.
Selanjutnya, di
samping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh
berbagia kelompok sosial dalam masyarakat, seperti kelompok keagamaan,
organisasi pemuda dan pramuka dan lain-lain.
Di samping itu,
kelompok sebaya memberikan jalan pada anak untuk lebih independen dan
menumbuhkan sikap kerja sama dan membuka horison anak lebih luas.
b. Masyarakat
indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan
masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan
nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya
pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik
melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
3.
Landasan Kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang
setiap manusia selalu menjadii anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan
tertentu.
a. Pengertian
Landasan Kultural
Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat
berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman
sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru
sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut
transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya
sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan
sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian
dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan
persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4.
Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan
psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan.
a. Pengertian
Landasan Filosofis
Dasar
psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.
Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian
dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya
pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik,
sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam
menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar
pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan
Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman
tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
Alexander
dengan tegas mengemukakan tiga faktor utama yang bekerja dalam menentukan pola
kepribadian seseorang yakni:
1.
bekal hereditas
individu
2.
pengalaman awal di
keluarga
3.
peristiwa penting
dalam hidupnya di luar lingkungan keluarga.
4.
Landasan Ilmiah dan
Teknologis
Pendidikan
serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mempunyai kaitan yang sangat erat.
Seperti diketahui, IPTEK menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata
lain, pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan
IPTEK.
a. Pengertian
Landasan IPTEK
Kebutuhan
pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya
teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan
haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut
menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan
iptek tersebut.
Ilmu mempunyai tiga
asumsi tentang objek empiris, yakni:
1.
objek-objek tertentu
mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkin dilakukan klasifikasi.
2.
Objek dalam jangka
waktu tertentu tidak mengalami perubahan.
3.
Adanya determinisme,
bahwa suatu gejala bukan merupakan kejadian yang kebetulan tetapi mempunyai
pola tertentu yang bersifat tetap.
b. Perkembangan
IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek
merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir,
baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh
informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
B. ASAS-ASAS
POKOK PENDIDIKAN
Asas
pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas
Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam
belajar.
1. Asas
Tut Wuri Handayani
Sebagai asas
pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs.
R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung
Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga
semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
·
Ing Ngarso Sung Tulodo
( jika di depan memberi contoh)
·
Ing Madyo Mangun Karso
(jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
·
Tut Wuri Handayani
(jika di belakang memberi dorongan)
Adapun asas
1922 adalah sebagai berikut:
a.
Bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk mengatur
dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehiduoan umum.
b.
Bahwa pengajaran harus
memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat
memerdekakan diri.
c.
Bahwa pengajar harus
berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d.
Bahwa pengajaran harus
tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
e.
Bahwa untuk mengejar
kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir maupun batin hendaklah diusahakan
dengan kekuatan sendiri.
f.
Bahwa sebagai
konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri
segala usaha yang dilakukan.
g.
Bahwa dalam mendidik anak-anak
perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengobankan segala kepentingan
pribadi demi keelamatan dan kebahagiaan anak-anak.
2. Asas
Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar
sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
·
Dimensi vertikal dari
kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan
persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
·
Dimensi horisontal
dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas
Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan
belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur
tangan bila diperlukan.
Perwujudan
asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai
fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa
Aktif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran yang membengun sangat dibutuhkan,
dilarang menggunakan kata-kata kasar.