1. Dimensi-Dimensi
Kepribadian
Manusia memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan hewan, manusia juga memiiki dimensi
yang bersifat unik, potensial, dan dinamis.
Ada 4 (empat) macam
dimensi manusia :
1. Dimensi
Keindividualan
· Banyak ahli
berpendapat tentang individu :
·
Ø Lysen mengertikan individu sebagai “orang
seorang”, sesuatu yang merupakan kebutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in
divide).
·
Ø Langeveld M.J (1995), mengertikan tidak ada
individu yang identik dimuka bumi walaupun berasal dari satu sel. Setiap orang
memiliki individualitas.
· Kecendrungan perbedaan
ini sudah berkembang sejak usia dini. Selanjutnya berkembang bahwa setiap anak
memiliki pilihan, sikap kemampuan, bakat minat yang berbeda.
· Keberadaan
tersebut bersifat potensial perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan juka
tidak ia akan laten dalam pembentukan kepribadian yang bersifat unik dalam
menentukan dirinya sendiri.
2. Dimensi Kesosialan
· Manusia
disamping sebagai mahluk individual, dia juga mahluk sosial. Socrates
mengatakan manusia adalah “Zoon Politicon” (Mahluk/hewan yang bermasyarakat).
· Dimensi
kesosialan pada manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul manusia tidak
dapat hidup seorang diri (terisolir). Manusia hanya akan menjadi manusia jika
berada di antara manusia. Individualitas manusia terbentuk melalui proses
interaksi (pendidikan).
3. Dimensi Kesusilaan
· Manusia
adalah mahluk susila. Dritarkara mengatakan manusia susila, yaitu manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan mewujudkan dalam perbuatan.
· Nilai-nilai adalah sesuatu yang
dijunjung tinggi oleh manusia, mengandung makna kebaikan, keluhuran kemuliaan
dan dijadikan pedoman hidup.
· Pendidikan
kesusilaan berarti menanamkan kesediaan memikil kewajiban disamping hak.
4. Dimensi Keberagaman
· Manusia adalah mahluk religius.
Sejak zaman dahulu nenek moyang manusiameyakini akan adanya kekuatan supranatural
yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi
dengan kekuatan tersebut ditempuh dengan ritual agama.
· Beragama merupakan
kebutuhan manusia, karena manusia adalah mahluk yang lemah memerlukan tempat bertopang
demi keselamatan hidupnya. Agama sebagai sandaran vertikal manusia.
· Penanaman sikap dan
kebiasaan beragama dimulai sedini mungkin, yang melaksanakan dikeluarga dan
dilanjutkan melalui pemberian pendidikan agama di sekolah.
2. a. Secara orizontal adalah hubungan kita dengan
sang pencipta yaitu Allah SWT. Kita harus melakukan apa yang diperintahkan Nya
dan menjauhi bahkan meninggalkan apa yang di larang Nya. Jika seorang calon
guru tidak melaksanakan pengembangan secara orizontal akan mengakibatkan
rusaknya generasi muda, karena siswa itu sendiri selain melakukan apa yg d
tugaskan oleh orang tuanya dia juga akan melakukan apa yang d perintah oleh
gurunya, jikalau saja seorang guru tidak melaksanakan pengembangan secara
orizontal otomatis dia juga tidak akan mengajarkan kepada siswanya tentang itu,
karena tidak d bekali dengan ilmu agama maka siswa akan melakukan tindakan yang
buruk, karena siswa tidak mengetahui apa yang diperintah dan apa yang dilarang
oleh agama.
Contoh
:
Ada seorang siswa, yang mana dia ingin
sekali pergi nonton bersama teman-temannya, tapi orang tuanya tidak mengizinkan
karna itu merupakan pekerjaan yang sia-sia dan menghabiskan waktu, orang tunya
akan mengizinkannya jika dia keluar untuk belajar saja, karena orang tuanya
punya aturan seperti itu dan si siswa sangat ingin pergi menonton maka siswa
ini membohongi orang tunya, dalam agama berbohong itu adalah hal yang di larang
dan mendapatkan dosa, tapi karna sang siswa tidak tahu karena tidah ada yang
memberi tahunya maka dia melakukannya.
Nah
itu lah akibat yang akan ditimbulkan jika seorang guru tidak melaksanakan
pengembangan secara orizontal. Ini hanya contoh yang kecil. Bayangkan saja apa
yang akan terjadi jika siswa tidak mengetahui hubungannya dengan sang pencipta.
b.
vertikal adalah hubungan manusia dengan manusia. Setiap manusia adalah saudara,
kita saling menyayangi, tolong menolong dan saling ingat mengingatkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Jika seorang calon guru tidak melaksanakan
pengembangan secara vertikal akan membuat hilangnya rasa solidaritas yang
dimiliki oleh seorang anak.
Contoh
:
Ada seorang siswa yang temannya
kekurangan uang untuk makan, temannya sangat lapar, sedangkan dia memiliki uang
yang berlebih. Tapi karena tidak mengetahui dia hanya cuek, rasa solidaritasnya
hilang karena dia tidak pernah d anjarkan tentang itu.
Nah
itulah akibat yang akan ditimbulkan jika seorang guru tidak melaksanakan
pengembangan secara vertikal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran yang membengun sangat dibutuhkan,
dilarang menggunakan kata-kata kasar.